Connect with us

Fintech

ISED Ajak Masyarakat Perkuat Literasi Digital Hadapi Era Disrupsi

Published

on

Watimpres RI, Sidarto Danusubroto, Chief Economist BNI, Ryan Kiryanto, Founder ISED, Sri Adiningsih Sri, Vice Director ISED, Wibowo Prasetyo, para founder ISED, co-founder, dewan pakar, manajemen hingga para anggota ISED.*Rikardo)

Reporter: Rikardo

Jakarta, Infomoneter.co– Era disrupsi telah mengubah wajah dunia di banyak sektor. Indonesia, seperti negara-negara lainnya di dunia harus bertransformasi dalam menghadapi era disrupsi ini yakni melalui penerapan teknologi kecerdasan buatan dan big data.

Advertisement

Masuknya teknologi digital telah mengubah perilaku manusia dalam berinterasi dan beraktivittas sehingga berdampak pada perubahan kehidupan sosial, ekonomi, politik dan pendidikan yang tak terhindarkan.

Direktur Institute for Social Economic and Digital (ISED), Julie Trisnadewani mengatakan kehadiran teknologi merupakan realitas yang tidak dapat dihindari. Sehingga, masuknya teknologi ini harus dilihat dari kacamata yang positif yaitu perlunya perubahan cara pandang dan pentingnya mempersiapkan keterampilan baru yang sesuai dengan perkembangan jaman.

“Hal yang harus dipersiapkan adalah meningkatkan dan mengembangkan kemampuan literasi digital mengingat 60 persen penduduk Indonesia memiliki tingkat pendidikan paling tinggi SMP. Saya lebih konsen agar literasi digital ini kita dorong melibatkan semua pihak dan berkolaborasi dengan pemerintah,” ajak Julie dalam acara diskusi publik di Sarinah, Jakarta, Rabu (15/1/2020).

Advertisement

Julia menambahkan kehadiran kehadiran teknologi buatan yang mewabah di setiap lini kehidupan masyarakat harus disambut baik. Sebab, menurutnya, kendati banyak perkerjaan yang hilang, namun akan ada banyak jenis perkerjaan baru yang tercipta yang berbeda dari sebelumnya.

Mengutip penelitian yang dilakukan oleh McKinsey & Company, Julie menyebut pada tahun 2019 menunjukkan, diperkirakan jumlah lapangan kerja baru yang muncul karena masuknya teknologi digital ke sektor layanan kesehatan, konstruksi, manufaktur dan ritel di Indonesia jauh Iebih besar dari lapangan kerja yang hilang.

“Secara khusus, laporan penelitian tersebut memperkirakan akan ada 26 Juta hingga 46 juta pekerjaan baru yang diakibatkan oleh masuknya teknologi ini ke sektor sektor tersebut. Namun perlu digaris bawahi bahwa ada kurang lebih 10 juta jenis pekerjaan baru yang berbeda dengan jenis pekerjaan sebelumnya,” kata Julie dalam acara diskusi publik di Sarinah, Jakarta, Rabu (15/1/2020).

Advertisement

Merujuk pada hasil penelitian ini, Julia berharap sektor pendidikan Indonesia mau membuka diri melakukan perubahan sistem kurikulum yang radikal agar bisa menyesuaikan diri terhadap tuntutan zaman terutama untuk kebutuhan lapangan kerja.

“Dengan kesiapan perguruan tinggi tersebut, maka diharapkan di masa mendatang, lulusan perguruan tinggi dapat mengisi kesenjangan antara kebutuhan tenaga kerja terampil dengan ketersediaan tenaga kerja terampil di Indonesia sebagaimana ditunjukkan oleh OECD economic Outlook for South East Asia. China dan India 2020,” tutupnya. (Rikardo).

Advertisement
Continue Reading
Advertisement

Trending