(Infomoneter.co)-Dalam debut perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin (9/7), PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC), anak usaha PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II atau Indonesia Port Corporation (IPC), sahamnya langsung menguat Rp 110 (6,7 persen) mencapai Rp 1.750 dari harga penawaran perdana Rp 1.640.
Hingga pukul 11.00 WIB, harga saham IPCC naik Rp 45 (2,74 persen) menjadi Rp 1.685 per saham, dari harga penawaran Rp 1.640 per saham. Volume perdagangan saham di pasar reguler hingga waktu tersebut mencapai 163.712 unit dengan nilai transaksi sebesar Rp 27,899 miliar. Adapun frekuensi perdagangan saham IPCC sebanyak 1.167 kali. Saham IPCC sempat mencapai level tertinggi Rp 1.750 dan terendah Rp 1.680.
Hal tersebut menambah optimisme IPCC yang saat ini mengelola lahan seluas 31 hektar dengan kapasitas 700.000 unit kendaraan per tahun, akan menjadikan IPCC sebagai terminal kendaraan kelima terbesar di dunia.
Presiden Direktur PT Indonesia Kendaraan Terminal, Chiefy Adi Kusmargono, saat pencatatan saham perusahaan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (9/7), mengatakan, pihaknya akan menambah lahan menjadi 89,5 hektare dengan kapasitas 2,1 juta kendaraan. “Lima tahun lagi kami targetkan menjadi 5 besar Terminal Kendaraan di dunia,” ujarnya.
Sementara itu, Deputi Rekstrukturisasi dan Pengembangan Usaha BUMN Aloysius Kiik Ro, mengatakan Kementerian BUMN terus mendorong, perusahaan BUMN mencari sumber lain pendanaan. Tidak hanya mengandalkan APBN. Misalnya melalui pasar modal.
“Dengan menjadi perusahaan Tbk. pengelolaan perusahaan jadi lebih transparan, kompeten dan sesuai GCG,” pungkasnya.
IPCC merupakan perusahaan bidang bongkar muat kendaraan dari dan ke kapal pertama di Indonesia yang melantai di bursa dan sebagai perusahaan tercatat ke-25 pada tahun 2018.
Adapun pelayanan jasanya meliputi Stevedoring, Cargodoring, Receiving, dan Delivery. Selain itu juga melayani pelayanan jasa lainnya, yaitu Vehicle Processing Center (VPC), Equipment Processing Center (EPC) dan Port Stock.
Chiefy Adi Kusmargono, di sela acara pencatatan saham IPCC di Gerung BEI, mengatakan, IPCC secara resmi telah menetapkan harga Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO) sebesar Rp. 1.640,- per lembar saham, dimana jumlah saham yang ditawarkan mencapai 509.147.700 lembar saham dengan free float 28% dari jumlah saham.
Dengan nilai kapitalisasi saham sebesar Rp. 2,98 triliun, IPCC akan menerima dana proceeds sebesar Rp 835 miliar. Dana dari proceeds ini akan digunakan sebesar 50% untuk belanja modal dalam rangka pengembangan usaha yang meliputi pengembangan terminal, perluasan lahan, mewujudkan IPCC Incorporated, penambahan kapasitas dan fasilitas serta peralatan pendukung.
Sebesar 25% untuk perpanjangan kontrak sewa lahan jangka panjang. Sisanya 25% untuk modal kerja Perseroan guna mendukung kegiatan operasional.
Untuk lebih memberikan kepercayaan kepada investor, IPCC yang juga dikenal sebagai IPC Car Terminal menunjuk dua penjamin pelaksana emisi efek (Joint Lead Underwriters/JLU), yaitu PT Bahana Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas, serta mempercayakan kepada PT RHB Sekuritas Indonesia untuk bertindak sebagai agen penjual internasional (international selling agent).
IPCC menandai Penawaran Publik Perdana ini sebagai tonggak terpenting IPCC dari sejarah yang pada awalnya beroperasi sebagai sebuah unit (Strategic Business Units/SBU) dari Induk Perusahaan IPC untuk terus menyediakan pelayanan operasi pelabuhan terbaik dan layanan yang lebih profesional bagi semua pemangku kepentingan mulai tahun 2007, selanjutnya menjadi anak perusahaan IPC sejak 1 Desember 2012.
Langkah ini sebagai tangga IPCC untuk mewujudkan stand alone company yang menjadi inspirasi, benchmarked/best practices company ditingkat nasional, regional dan internasional. Menurut Chiefy, ketika IPCC berubah menjadi perusahaan publik, ini akan memungkinkan untuk melakukan hal yang lebih besar untuk pencapaian lebih tinggi sesuai GCG dari apa yang telah dilakukan selama ini.
IPCC memiliki profil keuangan yang sehat dan tim Manajemen profesional yang menjamin optimisme untuk terus memperluas jaringan dan menciptakan lebih banyak potensi dalam membangun kolaborasi kelas dunia dengan menjaring pasar domestic dan internasional.
Menyadari IPCC memiliki pasar yang akan berkembang pesat, korporasi berkomitmen menjaga basis klien tetap solid, penguasaan lahan yang terjamin dan ekspansi yang terencana dengan baik, serta meningkatkan kompetensi, Tim manajemen yang focus pada pelayanan pelanggan, berintegritas, serta bangga terhadap perusahaan dan budayanya.
“Ini perlu dijaga mengingat Indonesia adalah negara dengan penjualan mobil terbesar ke-17 di dunia dan nomor satu di Asean. Secara produksi, Indonesia terbesar ke-18 di dunia dan nomor dua di Asean,”ujar Chiefy.
Adapun pertumbuhan produksi mobil di Indonesia dengan CAGR mencapai 11,4% selama 10 tahun periode 2007-2017. — selesai — Tentang IPCC: IPCC merupakan anak usaha PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Indonesia Port Corporation (IPC). IPCC memberikan jasa pelayanan terminal kendaraan. “Jasa pelayanan meliputi Stevedoring, Cargodoring, Receiving, dan Delivery,” tutur Chiefy.
Selain itu, demikian Chiefy, IPCC juga melayani pelayanan jasa lainnya, yaitu Vehicle Processing Center (VPC), Equipment Processing Center (EPC), Port Stock dan Transhipment Roro Services. IPCC tidak hanya menyediakan jasa terminal untuk mobil, tapi juga untuk alat berat, truk, bus, dan suku cadang. IPCC memiliki beberapa keunggulan, di antaranya satu-satunya perusahaan pengelola terminal komersial yang memberikan jasa pelayanan terminal kendaraan di negara terpadat ke-4 di dunia, memiliki 100% captive market untuk ekspor-impor kendaraan, dan margin bisnis menarik.
IPCC mengelola lahan seluas 31 hektar dengan kapasitas 700.000 unit kendaraan per tahun. Sesuai rencana, pada 2022, IPCC menargetkan lahan seluas 89,5 hektar dengan kapasitas 2,1 juta kendaraan. Dengan demikian, IPCC diproyeksikan menjadi pengelola terminal mobil terbesar ke-5 di dunia. Dari segi kinerja keuangan IPCC juga menunjukkan hal yang menggembirakan.
Pada 2017, misalnya, IPCC membukukan pendapatan Rp. 422,1 miliar, naik 34,3% dibandingkan 2016 sebesar Rp. 314,3 miliar. EBITDA IPCC bertambah 31,5% menjadi Rp. 175,4 miliar dari Rp. 133,4 miliar. Laba kotor naik 26,8% menjadi Rp. 208,6 miliar dari Rp. 164,5 miliar, dan laba bersih IPCC tumbuh 32,2% dari Rp. 98,4 miliar menjadi Rp. 130,1 miliar pada 2017.
Sementara total aset IPCC per Desember 2017 mencapai Rp. 336,3 miliar, naik 26,95% dibandingkan 2016 sebesar Rp. 264,9 miliar. Liabilitas IPCC naik 25% menjadi Rp. 99,2 miliar dari Rp. 79,3 miliar, dan ekuitas tumbuh 27,7% menjadi Rp. 237 miliar dari Rp. 185,6 miliar dan current ratio sebesar 3,3 kali, naik dari 2,4 kali. “Dalam tiga tahun terakhir rata-rata ROA IPCC mencapai 35,4%, margin EBITDA 40,4%, ROE 50,6%, dan ekuitas terhadap aset rata-rata 69,8%,” pungkas Chiefy. (Kormen)