Infomoneter.co, Jalan tol ibarat nadi bagi perekonomian. Semakin banyak dibangun jalan tol akan semakin mampu membangkitkan perekonomian di wilayah setempat. Dengan demikian wajar jika Presiden Joko Widodo menempatkan pembangunan infrastruktur transportasi sebagai salah satu prioritas utama, baik berupa jalan tol maupun non tol.
Keterbatasan sumber dana APBN dalam membiayai pembangunan infrastruktur jalan, menuntut kreativitas pemerintah dalam pendanaannya. Salah satunya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), baik dengan perusahaan swasta maupun BUMN. Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera adalah salah satu wujud dari skema KPBU, dalam hal ini PT Hutama Karya (Persero) bertindak sebagai investor.
Mungkin secara hitung-hitungan ekonomis, Jalan Tol Trans Sumatera tidak sepenuhnya menarik dari aspek profitnya, karena lalu lintas harian masih rendah, sehingga proses pengembalian investasinya memerlukan waktu yang relatif lebih lama dibanding investasi jalan tol di Jawa. Hal itu membuat investor swasta mungkin tidak cukup tertarik untuk melakukan investasi. Namun Jalan Tol Trans Sumatera memiliki nilai strategis, dalam rangka pemerataan perekonomian regional dan lokal di wilayah Sumatera, sehingga pusat perekonomian tidak terpusat di pulau Jawa. Melalui Perpres 117/2015, PT Hutama Karya (Persero) telah mendapatkan penugasan untuk membangun 24 ruas jalan tol Trans Sumatra.
Tampilnya Hutama Karya sebagai investor, menunjukan bahwa perusahaan BUMN ini tidak semata-mata mengejar profit, namun juga berani tampil sebagai pionir dalam mendukung program pembangunan perekonomian nasional, melalui pengembangan jalan tol Tans Sumatera. Rekam jejak Hutama Karya sebagai kontraktor yang handal dalam pembangunan jalan tol di Indonesia maupun di luar negeri, menjadi modal utama untuk menjadi investor yang handal dalam pengembangan jalan tol.
Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera dari Provinsi Lampung hingga Aceh sepanjang 2.987 kilometer, akan mewujudkan konektivitas yang tinggi diantara kota-kota di Sumatera, yang pada gilirannya akan membangkitkan perekonomian setempat, dengan meningkatnya usaha UMKM, pengembangan pariwisata, kawasan industri dan pengembangan wilayah baru melalui pola Transit Oriented Development (TOD).
Pembangunan jalan tol ini akan menumbuhkan pengembangan UMKM, karena di setiap 50 km akan dibangun rest-area yang menampilkan produk kerajinan dan kuliner khas. Disamping itu jalan tol Trans Sumatera juga akan meningkatkan akses ke lokasi pariwisata, industri, pertanian dan perkebunan setempat, yang akan mampu menggairahkan perekonomian di wilayah tersebut. Hal ini tentu akan mampu mendongkrak lapangan kerja baru yang sangat signifikan. Hal tersebut tentu akan memberikan sumbangan yang penting dalam rangka membangkitkan perekonomian regional yang lesu akibat pandemi Covid-19.
Pembangunan infrastruktur seperti jalan tol memiliki dampak perekonomian yang besar bukan saja pada saat selesai dan berfungsi, tetapi juga dalam proses pembangunannya mampu menyerap jumlah tenaga kerja siginifikan. Hal itu meliputi teaga kerja di lapangan secara langsung maupun dalam di rantai pasok jasa konstruksi, yaitu di indusri terkait, antara lain : pabrik semen, besi beton, maupun produsen beton siap pakai. Untuk itu maka pembangunan infrastruktur seperi jalan Tol Trans Sumatera ini perlu terus didukung kelanjutanya, karena akan menjadi ujung tombak bangkitnya perekonomian nasional pasca pandemi COVID 19. (Urip Yustono)