INFOMONETER.CO, Jakarta-Permintaan semen nasional sepanjang tahun 2019 diperkirakan akan naik 3-4 persen mencapai 70 juta – 72 juta ton. Adapun kapasitas terpasang nasional mencapai 115 juta ton. Dengan demikian, terjadi kelebihan permintaan (oversupply) sebesar 43 juta ton semen.
“Permintaan diproyeksi akan melaju pada semester dua 2019 pasca-Pemilu 2019. Pascapemilu kami optimistis pertumbuhan semen nasional bisa tumbuh 5 persen,” kata Direktur & Corporate Secretary PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) Oey Marcos ditemui usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan di Jakarta, Selasa (21/5/2019).
Menurutnya, naiknya permintaan domestik menyusul program infrastruktur dan ekspektasi peningkatan sektor properti baik hunian maupun komersial yang lebih baik di berbagai daerah. “Kami perkirakan sampai dengan akhir tahun 2019, pertumbuhan konsumsi semen domestik akan mengalami peningkatan sebesar 3 persen-4 persen dibandingkan dengan tahun lalu,” kata Oey Marcos.
Dengan lemahnya permintaan semen sampai April 2019 sebesar -2,9 persen, Indocement berharap setelah Lebaran dan pengumuman Pemilu 2019 ini, permintaan semen akan meningkat drastis untuk mengejar negatifnya pertumbuhan tersebut. Hal ini dimungkinkan dari peningkatan pembangunan infrastruktur dan pasar properti yang kembali akan menggeliat di semester dua tahun 2019.
Menyikapi kelebihan permintaan, Oey Marcos mengatakan, Indocement akan menggarap market yang lebih memberikan margin bagus. “Kami punya 13 pabrik, untuk hadapi oversupply tidak semua dijalankan,” kata Oey Marcos.
Dari sisi cost efisiensi, kata Oey Marcos, perseroan akan memberdayakan logistic transportation dengan telah beroperasinya secara penuh dua terminal semen terbaru di Palembang dan Lampung.
Efisiensi juga dilakukan dengan menekan biaya produksi di antaranya mengoperasikan pabrik terbaru dan paling efisien (P14) dengan kapasitas sebesar 4,4 juta ton di Citeureup, Bogor secara penuh sehingga mampu menekan biaya US$ 7-8 per ton dibandingkan pabrik yang lebih tua memakai batu bara dengan kalori lebih rendah. “Pemakaian bahan bakar alternatif juga terus dilakukan untuk menekan biaya energi dari pemakaian batu bara,” kata Oey Marcos.
Sementara dalam RUPST, pemegang saham menyetujui penggunaan laba bersih tahun buku 2018 sebesar Rp 1,145 triliun seluruhnya digunakan untuk dividen. Selain itu, perseroan mengambil sebesar Rp 878,740 atau sebesar 4,74 peersen dari saldo laba ditahan sebagai dividen tunai, sehingga besarnya dividen yang diterima oleh pemegang saham adalah Rp 550.
Pemegang saham juga menyetujui untuk mengangkat kembali anggota Direksi, David Clarke untuk masa jabatan terhitung sejak penutupan Rapat ini sampai dengan penutupan RUPS Tahunan Perseroan tahun buku 2021, yang akan diadakan pada 2022.
Masa jabatan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi Perseroan ada|ah sampai dengan penutupan RUPST Perseroan tahun buku 2020 yang akan diselenggarakan pada 2021, kecuali untuk Kevin Gluskie yang akan berakhir pada penutupan RUPST Perseroan tahun buku 2019 yang akan diselenggarakan pada tahun 2020 dan David Clarke yang akan berakhir pada penutupan RUPST Perseroan tahun buku 2021 yang akan diselenggarakan pada tahun 2022.
Susunan Pengurus Perseroan menjadi sebagai berikut:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama: Kevin Gluskie
Wakil Komisaris Utama/Komisaris Independen: Tedy Djuhar
Wakil Komisaris Utama/Komisaris Independen: Simon Subrata
Komisaris: Dr. Lorenz Naeger
Komisaris: Dr. Bernd Scheifele
Komisaris: Dr. Albert Scheuer
Dewan Direksi
Direktur Utama: Christian Kartawijaya
Wakil Direktur Utama: Franciscus Welirang
Direktur: Hasan lmer
Direktur: Ramakanta Bhattacharjee
Direktur Independen: Troy Danojo Soputro
Direktur: David Clarke
Direktur: Oey Marcos
Direktur: Benny S. Santoso
Direktur: Juan Francisco Defalque