INFOMONETER.CO, JAKARTA-PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) berkolaborasi dengan empat startup untuk mendukung bisnis perseroan. Empat startup tersebut yakni KYCK!, ManPro, Gradana dan Buildeco.
“Saat ini kami berkolaborasi dengan empat startup ini untuk mendukung bisnis di antaranya mempercepat pelayanan kepada nasabah. Kalau untuk akuisisi masih perlu kajian lebih lanjut,” ujar Direktur Utama Bank BTN, Maryono di sela-sela acara Digital Start Up Connect 2018 di Jakarta, yang merupakan kolaborasi antara Bank BTN dengan Plug n Play dan Young On Top, kemarin.
Maryono mengungkapkan, untuk kolaborasi dengan KYCK! akan mempermudah nasabah BTN mengisi data dalam pembukaan rekening tabungan. Dengan penggunaan teknologi optical character recognation (OCR) pembukaan rekening tabungan hanya memerlukan foto KTP. Kemudian dengan Manpro, BTN bekerja sama dalam penggunaan aplikasi monitoring pembangunan proyek perumahan agar sesuai dengan rencana anggaran biayanya.
Sementara dengan Gradana, BTN bekerja sama dalam KPR autoapproval untuk pasar properti. Di mana Gradana akan membantu debitur dalam pencicilan uang muka KPR. “BTN dan Gradana bekerja sama dalam pembelian properti. BTN memberikan pencairan berdasarkan analisis kredit dan Gradana memberikan pencairan sejumlah uang muka kepada debitur,” paparnya.
Sedangkan dengan Buildeco, lanjut Maryono, BTN akan bekerja sama dalam portal perdagangan elektronik untuk pembelian bahan bangunan bagi mitra perseroan untuk mendukung program sejuta rumah, program konstruksi dan program infrastruktur lainnya.
“Dengan jumlah pengguna internet yang terus meningkat di Indonesia, perkembangan start up semakin pesat, terutama e-commerce dan financial technology karena itu perbankan harus memanfaatkan mereka sebagai peluang bisnis sekaligus mitra untuk meningkatkan layanan digital perbankan,” katanya.
Menurut Maryono, BTN akan melakukan sejumlah strategi untuk memanfaatkan perkembangan ekosistem digital di Indonesia. Strategi pertama, Maryono menjelaskan, adalah bermitra dengan Plug n Play Indonesia dalam mencari perusahaan-perusahaan start up yang akan dijadikan sebagai strategic partner Bank BTN untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan Bank BTN dalam bertransformasi digital.
“Disrupsi ekonomi tidak dapat dihindari, selain mengoptimalkan perputaran dana dari para unicorn di ekosistem digital, perbankan pun harus fleksible membuka peluang kerjasama dengan start up dan fintech untuk meningkatkan service excellence layanan perbankan; yang berdampak pada peningkatan customer trust dan peningkatan fee based income,” jelas Maryono.
Strategi kedua adalah penguatan e-channel, BTN akan fokus meningkatkan kolaborasi dengan e-commerce dan fintech. Salah satunya dengan menjadi e-commerce acquirer mengingat transaksi e-commerce di Indonesia tumbuh sangat pesat.
Maryono menuturkan, tren ke depan, e-commerce diramalkan akan terus mendominasi perkembangan start up di Indonesia bersama dengan financial technology. Berdasarkan riset Google dan Temasek Holding, ekonomi digital e-commerce di Indonesia bisa menyentuh angka USD53 miliar pada tahun 2025. Angka tersebut lebih dari separuh angka ekonomi digital Indonesia yang diproyeksikan Google & Temasek akan menyentuh USD100 miliar pada tahun 2025. Sementara fintech terus membukukan nilai pinjaman yang terus meningkat. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), akumulasi jumlah pinjaman sejak tahun 2016 hingga bulan Juli 2018 tercatat sebesar Rp9,21 triliun atau meningkat 259,36% (year to date).
Menurut Maryono, kebutuhan dana dan kredit akan terus meningkat, karena itu Bank harus cepat beradaptasi dengan perkembangan technology digital bersaing dengan maraknya peminat fintech, Bank BTN berencana membuat aplikasi bergerak atau mobile apps untuk agen laku pandai dan digital on boarding untuk aplikasi kredit maupun pembukaan rekening.
“Start Up harus dirangkul perbankan, karena menguntungkan perbankan dan yang terpenting mempermudah masyarakat menikmati akses layanan perbankan yang mereka butuhkan,” pungkasnya.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya mengatakan, pemerintah terus mendorong lahirnya berbagai start up demi menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi digital terbesar di ASEAN. Saat ini perusahaan Indonesia sudah menjadi unicorn di ASEAN, seperti Traveloka, Bukalapak, Tokopedia dan Go-Jek.
“Dari tujuh unicorn di ASEAN, Empatnya berasal dari Indonesia dan saya yakin jumlahnya akan terus bertambah,” tegas Jokowi.
Menurut Jokowi, selain pengembangan ekonomi digital, dia meminta kepada Badan Ekonomi Krearif (Bekraf) untuk mensinergikan antara perkembangan industri kreatif offline dengan yang online. “Saya mencatat ada 62 juta usaha mikro dan kecil. Ini kebanyakan masih offline perlu pembinaan dan sinergi agar mereka bisa melakukan branding dengan baik dan pengemasannya juga baik. Nah ini perlu bantuan dari perusahaan berbasis teknologi,” katanya.