Infomoneter.co, Jakarta – Ahli Virologi Universitas Udayana Bali, Prof I Gusti Ngurah Kade Mahardika mengungkapkan bahwa mutasi virus Corona di India bukanlah penyebab utama melonjaknya kasus Covid-19 di di Negeri Bollywood itu. Menurutnya, penyebab utamanya yaitu kerumunan yang ditimbulkan saat festival mandi bersama di Sungai Gangga, serta kerumunan lainnya seperti kampanye politik di India yang terus digelar tanpa mematuhi protokol kesehatan.
“Pelajaran untuk kita, kerumunan acara keagaaman dan kampanye politik di India lah yang menyebabkan virusnya lebih mudah meular. Memang muncul virus jenis baru di India, tapi itu bukan penyebab utama tsunami Covid di India,” kata Mahardika dalam diskusi virtual yang diselenggarakan oleh KPC PEN, Kamis (29/4).
Seperti yang diketahui, Perdana Menteri India Narendra Modi meminta masyarakat India untuk tetap meramaikan Pemilu 2021. Padahal 200.000 nyawa sudah melayang akibat terinfeksi Covid-19 di India.
Melalui cuitannya pada Kamis (29/4/2021), PM Modi meminta para pemilih untuk memberikan suara mereka pada fase kedelapan dan terakhir pemilihan majelis Benggala Barat pada hari Kamis sambil mengingatkan agar tetap menjaga protokol Covid-19.
“Fase terakhir Pemilu Benggala Barat 2021 berlangsung hari ini. Sejalan dengan protokol Covid-19, saya menyerukan kepada orang-orang untuk memberikan suara mereka dan memperkaya festival demokrasi,” dikutip dari cuitannya @narendramodi, Kamis (29/4).
Prof Mahardika lantas berharap pemerintah Indonesia bisa belajar dari India. Dia berharap, Indonesia tidak menyelenggarakan acara apapun yang bisa menimbulkan kerumunan. Karena kata dia, mutasi virus Covid-19 sebenarnya tidak dapat dihindari.
“Mutasi ini bukan jadi faktor utama karena Virus memang sudah pasti bermutasi tapi tidak selamanya mutasi virus itu menjadi lebih ganas,” katanya.
“Saya sebagai virologi malah berharap mutasi itu terjadi, tapi berharap mutasinya jadi lebih tidak menular virusnya,” imbuhnya
Menurutnya, satu-satunya cara untuk mengantisipasi mutasi virus Corona yakni dengan mengetatkan protokol kesehatan dengan menghindari kerumunan. Dia kemudian mengingatkan kembali mengenai mutasi virus Corona dari Inggris pada akhir tahun 2020 lalu.
Seperti yang diketahui, B117 dikenal lebih mudah menular, namun kenyataannya, kasus Covid-19 di Inggris tidak sebanyak di India. Kurva kasus positif di Inggris terus turun. Berdasarkan situs worldometer, per 8 Januari 2021, kasus positif harian di Inggris menembus angka 68.053 kasus. Namun per 28 April 2021, hanya ada 2.166 kasus selama 24 jam. Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan kasus harian Indonesia. Per hari ini saja, kasusnya bertambah 5.833 kasus.
“Karena mutasi B117 di Inggris itu kan kasus harian di Inggris langsung puluhan ribu per hari, tapi sekarang sudah di bawah 5 ribu per hari. kenyataan di lapangan seperti ini,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan mengajak masyarakat Indonesia untuk bergotong-royong, mengingatkan sekitar untuk menghindari dan tidak menimbulkan kerumunan. Senada dengan Prof Mahardika, dia juga setuju bahwa penyebab utama melonjaknya kasus di India dikarenakan kerumunan.
“Jangan sampai apa yang terjadi di India, terjadi di Indonesia. Prinsipnya, kita harus mau mencegah. Masyarakat harus peduli sama lingkungan sekitarnya,” ujarnya.
Menurutnya, yang memiliki tugas untuk mengedukasi/ mengawasi masyarakat terkait protokol kesehatan bukan lah pemerintah, namun masyarakat itu sendiri. Menurutnya, setiap unsur masyarakat memiliki peranan paling besar untuk mempengaruhi masyarakat lainnya untuk taat terhadap protokol kesehatan.
“Masyarakat harus melakukan pengawasan. kalau ada yang tertular harus langsung ditangani bukan dibiarkan. gotong-royong ini yang harus dibangun,” katanya.
“Kalau tidak pakai masker, wajib diingatkan. kita harus sadar, mau, dan mampu untuk mengingatkan. Ketidakmampuan ini yang biasanya jadi masalah,” tutupnya.